Selasa, 27 Mei 2014

FF : Responsibility? [Oneshoot]


"Mereka yang dekat datang begitu saja, mereka tidak pernah memberitahumu untuk memperhatikan mereka.
Apa kau bisa melihat mereka? Tidak, kau jarang memerhatikan mereka."

Tag :
Kang Min Hyuk [CNBLUE]
Kim Yeon Woo [OC]
Nam Haerin [OC]
Lee Jungshin [CNBLUE]
Nam Taehyun [WINNER]

Little Notes :
Author kembali menulis Fan Fiction!!
Kali ini Fan Fictionnya berasal dari request juga. Karena, percuma kalau nulis FF dari ide sendiri tapi kagak ada yang baca *curhat dia*
Selamat membaca tulisan absurd ini, don't worry be happy with typo ~

>> Aku dan dia

“Kita bertemu setelah pelajaran terakhir di lapangan Quiditch ya!”, teriak seorang yeoja di atas sapu terbangnya.

“Arraseo arraseo Haerin ah”, jawab yeoja lainnya yang tampak menuju ke ruang bawah tanah.

“Annyeong Yeon Woo yah”, lambai yeoja yang bernama Haerin.

Yeon Woo hanya membalas lambaiannya sambil berbalik menuju arah ruang bawah tanah.

Kim Yeon Woo adalah siswa sekolah sihir terkenal di dunia, Hogwarts. Ia adalah siswa yang berprestasi dalam banyak hal, tapi ia lebih tertarik terhadap ilmu ramuan. Semua mata pelajaran yang berbau ramuan pasti tertera dalam daftar mata pelajaran pilihan di KHSnya.

Yeon Woo sudah berteman dengan Nam Haerin atau Haerin sejak hari pertama mereka mulai sekolah di Hogwarts. Kini keduanya telah sampai di tingkat kelima pendidikan sihir Hogwarts.

>> Kelas Ramuan Mematikan

Yeon Woo terus berjalan meninggalkan cahaya matahari, semakin jauh ia berjalan semakin kental bau lembab dari ruang bawah tanah ini tercium. Bau ini adalah bau favorit Yeon Woo, menurutnya ia seperti menyatu dengan bumi ketika mencium bau ini. Tapi, bagi Haerin, bau lembab ini membuat perutnya mual. Mereka berdua memang diciptakan dengan elemen yang berbeda.

Setelah sampai di ruang kelas, Yeon Woo ternyata adalah siswa pertama yang berada dalam kelas, ia pun berinisiatif untuk membaca buku ramuannya dan duduk di bangku yang dekat dengan meja profesor. Tiba-tiba seseorang memasuki kelas, Yeon Woo menoleh ke arah pintu, dia Kang Min Hyuk, senior Yeon Woo. Min Hyuk adalah asisten kelas ramuan mematikan, ia sering menggantikan Profesor Cho Kyuhyun saat beliau sibuk.

‘Hari ini pasti dia yang mengajar’, batin Yeon Woo dengan ekspresi yang kelihatan kecewa.

“Yak!! Kau tidak melihat aku datang? Bukankah seharusnya kau menyapaku?”, cetus Min Hyuk pada Yeon Woo.

“Annyeonghaseyo sunbaenim”, ujar Yeon Woo sambil berdiri dan membungkukkan badan.
Min Hyuk hanya menyunggingkan senyumpuasnya.

Yeon Woo lagi-lagi membatin, ‘Andai saja kau bukan asisten profesor’.

Yeon Woo memang tidak terlalu suka dengan sunbaenya ini, menurutnya sunbaenya ini adalah orang sok tampan yang suka memberi perhatian berlebih pada gadis-gadis  Hogwarts. Kalau Haerin memintanya untuk jujur mengenai Min Hyuk itu tampan atau tidak, Yeon Woo tidak bisa berbohong, Min Hyuk memang tampan menurut Yeon Woo. Tapi, untuk menyukainya, maaf saja, Yeon Woo tidak mungkin melakukan itu.

“Bagaimana penelitianmu tentang ramuan penyembuh memar dalam lima detik?”, tanya Min Hyuk yang kini sudah duduk di bangku sebelah Yeon Woo.

“Biasa saja, aku dan Haerin belum mencari data lebih lanjut untuk mengerjakannya. Haerin sangat sibuk dengan pelatihan anggota baru Quitditch”, jawab Yeon Woo datar.

“Hmm, Haerin memang sangat sibuk belakangan ini. Dia bahkan sering tidak masuk kelas ramuan tingkat lanjut”, tanggap Min Hyuk.

“Apa? Dia membolos di kelas ramuan tingkat lanjut?”, tanya Yeon Woo kaget.

Wajar saja ia kaget, ramuan lanjut adalah mata pelajaran wajib yang harus ditamatkan oleh siswa Hogwarts.

“Tenang Yeon Woo yah, dia itu bisa, hanya saja terlalu banyak bermain-main”, ujar Min Hyuk sambil tersenyum.

‘Sial, lagi-lagi dia berhasil memancingku untuk menanggapi perkataannya secara serius’, batin Yeon Woo.

Beberapa siswa perempuan masuk ke dalam kelas, mereka segera menuju tempat duduk Min Hyuk, dan bertanya mengenai tugas dari kelas ramuan lanjut.

“Oppa, aku masih bingung bagaimana cara membedakan kebocoran panci perunggu dengan panci besi. Bahaya antara keduanya sungguh sulit dideteksi.”, tanya yeoja itu.

Nah ini dia maksud Yeon Woo, kharisma Min Hyuk itu terlalu berlebihan, dua yeoja itu adalah siswa seangkatan Yeon Woo tapi berbeda asrama, daripada bertanya pada teman sendiri mereka lebih suka bertanya pada si 'sunbae' sok tampan.

“Aku rasa Yeon Woo bisa menjelaskannya untuk kalian”, ujar Min Hyuk.

Ucapan Min Hyuk ini menyebabkan kedua yeoja itu merengut. Yeon Woo hanya tersenyum tipis.

Seperti perkiraan Yeon Woo, dua yeoja itu sama sekali tidak menanyakan apapun padanya. Ya, mereka hanya ingin diperhatikan Min Hyuk.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya kelas ramuan membahayakan ini dimulai. Min Hyuk menjelaskan beberapa jenis tanaman tersembunyi yang sulit untuk ditemukan, padahal khasiat tanaman itu sangat besar untuk ramuan-ramuan mematikan.

Yeon Woo sadar, Min Hyuk adalah senior yang cerdas, hanya saja kharismanya itu yang membuat Yeon Woo tidak suka. Ia itu ibarat Cassanovanya Hogwarts, dan ia juga sering memberi harapan pada gadis-gadis.

Kelas ramuan mematikan berakhir, Min Hyuk lagi-lagi menghampiri Yeon Woo, ia memberikan Yeon Woo sebuah buku ramuan edisi terbaru.

“Ini buku edisi terbaru yang aku pinjam di perpustakaan, kau bisa membacanya bersama Haerin jika kalian punya waktu, ini bisa membantu penelitian kalian”, ucapnya lagi-lagi sambil tersenyum.

“O, gamsahamnida sunbaenim”, ujar Yeon Woo sambil berlalu menuju lorong bawah.

>> Lapangan Quitditch

Yeon Woo memandang sekeliling, mencari sosok tengil yang ingin ia omeli. Sosok itu belum tampak, akhirnya ia memilih duduk di bangku penonton lapangan itu. Yeon membuka buka pinjaman Min Hyuk tadi, saat ia mulai membaca, Haerin datang dan melambai dari atas sapunya.

“Kim Yeon Woo!! Maaf aku telat, tadi aku baru saja mendapat bimbingan langsung ilmu transfigurasi mengerikan dari Profesor G-Dragon”, teriaknya.
Haerin turun dari sapunya dan duduk di samping Yeon Woo. Iya memamerkan sebuah kalajenking kecil yang melingkar di tangan kirinya.

“Kau lihat ini, ini gelang tangan yang biasa aku pakai. Profesos G-Dragon yang mengajariku untuk membuat ini”, ucapnya bangga.

“Wah, Profesor G-Dragon makin keren saja. Gelang sederhana pun bisa ia ubah menjadi hewan mematikan seperti itu dan juga hewan itu tidak menjadi ganas”, tanggap Yeon Woo takjub.

“Tentu saja, jurusan transfigurasi”, jawab Haerin sombong.

“Ah tapi tetap lebih keren Profesor Cho Kyuhyun dong. Beliau itu tampan dan bisa mengingat semua jenis ramuan, mulai dari yang dasar hingga yang peralihan”, ujar Yeon Woo yang membuat haerin mengerucutkan bibirnya.

Tiba-tiba saja Min Hyuk muncul dari belakang mereka.

“Nah, kalian bergosip lagi kan?”, hardik Min Hyuk.

“Bukannya menyelesaikan penelitian, kalian malah asik bergosip tentang profesor-profesor tampan”, tambah Min Hyuk.

“Mwo? Kami tidak melihat ketampanan mereka, kami melihat kualitas ilmu sihir mereka”, jawab Haerin dan Yeon Woo serentak.

“Hahahaha, kalian memang sahabat sejati”, ujar Min Hyuk.

“Apakah kalian sudah makan? Bagaimana kalau kita ke cafetaria bersama?”, tawar Min Hyuk.

“Aku tidak bisa sunbae, hari ini aku akan melatih dua anak baru untuk mengendalikan badger. Ajak Yeon Woo saja”, jawab Haerin.

“Ah tidak, aku akan membaca buku ini sambil menunggu Haerin selesai latihan. Kami bisa makan sebelum kembali ke asrama”, ujar ikut menolak.

“Baiklah, aku ajak Jungshin saja ke Cafetaria”, tanggap Min Hyuk sambil melambaikan tangannya pada seorang namja tinggi yang baru saja turun dari sapunya.

Namja tinggi itu berjalan menuju mereka bertiga, kemudian membalas lambaian tangan Min Hyuk.

“Haerin, dua anak baru itu sudah ada di kamar ganti mungkin sebentar lagi mereka ke sini”, ujar Jungshin si namja tinggi.

“Arraseo sunbaenim”, jawab Haerin.

Jungshin adalah kapten tim Quitditch Griffindor, Haerin sangat patuh pada perintahnya. Saat pertama kali bergabung dengan tim, Jungshin banyakmenasehati Haerin dalam berbagai hal dan ia seleting dengan Min Hyuk, mereka sama-sama mahasiswa tingkat tujuh.

Sebelum meninggalkan Haerin dan Yeon Woo, Min Hyuk sempat mengingatkan Yeon Woo mengenai Haerin tidak masuk kelas. Haerin yang sudah mau naik ke atas sapunya akhirnya harus mendapatkan ceramah dari Yeon Woo selam lima menit. Sahabatnya itu benar-benar marah saat tau Haerin membolos kelas mata pelajaran wajib.

>> Cafetaria Hogwarts

Haerin dan Yeon Woo mampir ke cafetaria sebelum kembali ke asrama. Mereka membeli beberapa bungkus makanan untuk persediaan bergadang menghabiskan buku baru dari Min hyuk. Tanpa mereka sadari ternyata Min Hyuk sedang mengambil minuman dari pendingin cafetaria, Min hyuk pun kembali menyapa mereka.

“Yak!! Apakah kau sudah menasehati temanmu itu Yeon Woo?”, tanyanya sambil terkekeh.

Haerin mengacungkan jarinya kebibir agar MinHyuk diam, Yeon Woo hanya tersenyum melihat kelakuan temannya itu. Min Hyuk tertawa keras, tapi tawanya dihentikan oleh Jungshin yang tiba-tiba saja memukul kepalanya.

“Kenapa kau sangat suka mengadukan hal-hal kurang penting pada Yeon Woo?”, tanya Jungshin datar.
Min Hyuk hanya mengedikkan bahunya. Yeon Woo dan haerin berpamitan, kemudian berjalan menuju asrama mereka.

>> Ruang baca Asrama Griffindor

Yeon Woo dan Haerin kini sudah berada di ruang baca asrama Griffindor, keduanya sibuk membalik-balik buku yang menjadi referensi penelitian mereka. Yeon Woo mencatat beberapa hal penting ke buku catatannya, sedangkan Haerin sibuk menganalisa gambar kejadian dari buku. Hal ini tidak bertahan lama, Haerin menutup bukunya, dan memulai pembicaraan.

“Yeon Woo yah, bukankah Min Hyuk sunbae terlalu memperhatikanmu?”, tanya Haerin sambil memasang wajah polosnya.

“Mwo? Tidak, dia melakukan hal itu pada setiap yeoja yang menjadi adik didiknya”, jawab Yeon Woo dengan sigap.

Pertanyaan Haerin tadi masih membekas di kepala Yeon Woo, ia memutar segala ingatannya mengenai momennya dengan Min Hyuk. Kini ia tidak fokus dengan bacaannya, dia masih terpikir perkataan Haerin. Ia memang mengakui Min Hyuk tampan, tapi dia sangat yakin bahwa dia tidak menyukai Min Hyuk, tapi kenapa ia harus memikirkan pertanyaan Haerin. Lagi pula Min Hyuk juga tidak mungkin menyukainya.

>> Aula Griffindor

Yeon Woo membersihkan Aula asramanya sendiri hari ini, Haerin belum bangun dan tidak bisa dibangunkan. Padahal ia tau hari ini ada jadwal membersihkan aula asrama dan Yeon Woo harus menjadi asisten kelas ramuan tingkat atas. Min Hyuk keluar dari koridor kamar anak laki-laki, ia langsung membantu Yeon Woo. Yeon Woo membungkuk sambil berterimakasih.

“Yeon Woo yah, sebentar lagi pesta kelulusan tingkat akhir bukan?”, tanya Min Hyuk dan ini berhasil membuat Yeon Woo bergidik.

“hm, wae sunbae?”, tanya Yeon Woo.

“Tidak ada apa-apa”, jawab Min Hyuk sambil melanjutkan pekerjaannya. Setelah selesai membersihkan aula mereka kembali ke kamar masing-masing masih dengan tanpa kata.

>> Kelas Ramuan Tingkat Atas

Kelas berakhir dengan lancar, Yeon Woo menutup bukunya dan merapikan mejanya. Tiba-tiba seorang namja datang menghampirinya.

“Emm, noona”, panggil namja itu.

“Oh Nam Taehyun, wae?”, tanya Yeon Woo.

“ituu, pesta perpisahan tingkat akhir, em, em, apakah noona mau pergi denganku?”, tanya Taehyun.

“Mwo? Kau mengajakku? Kenapa kau tidak ajak Haerin saja, dia kan kakakmu”, ujar Yeon Woo.

“Aku sudah mengajaknya, tapi dia bilang dia sudah menerima ajakan Jungshin sunbaenim”, jawab Taehyun lirih.

“Mwo?”, Yeon Woo terkejut. Ia berpikir keras, ia sudah punya rencana untuk pergi ke perpustakaan malam itu, tapi ia juga kasihan dengan Taehyun. Taehyun adiknya Haerin, ia berada di tingkat keempat sekarang, tahun ini siswa-siswa tingkat keempat menjadi panitia dan diwajibkan membawa pasangan.

“Baiklah, aku akan pergi bersamamu”, jawab Yeon Woo. Taehyun langsung tersenyum dan berterimakasih pada Yeon Woo.

Dipintu keluar ruang Min Hyuk menunggu Yeon Woo dengan gelisah, kemudian Taehyun keluar dari kelas.

“Taehyun ah, apakah Yeon Woo noona ada di dalam?”, tanya Min Hyuk.

Taehyun mengangguk sambil tersenyum kemudian berpamitan dengan Min Hyuk.

Yeon Woo tampak sedang merapikan peralatan tulisnya dan siap untuk meninggalkan ruangan kelas. Min Hyuk menghampirinya.

“Yeon Woo yah, apakah kau sudah tau akan pergi dengan siapa?”, tanya Min Hyuk.

“Sudah, aku pergi dengan adiknya Haerin. Haerin keterlaluan, ia memilih pergi dengan orang lain ketimbang membantu adiknya sendiri....”, Yeon Woo melanjutkan omelannya.

Min Hyuk hanya mendengarkan omelan itu dengan senyum nanar.

>> Hari Perpisahan

Yeon Woo berjalan ke arah Haerin dan Jungshin, Jungshin tampak sedang memperkenalkan Haerin pada tim Quitditch asrama lain.

“Sunbae, dimana Min Hyuk sunbae?”, tanya Yeon Woo yang tidak menemukan sosok seniornya itu.

“Dia tidak hadir, katanya mau mengurus surat lamaran ke kantor Order Phoenix. Min Hyuk bilang dia tidak bisa mengajakmu, maka ia tidak bersemangat untuk datang”, jelas Jungshin.

"Oh ya, ia titip salam, katanya juga jangan lupa mengembalikan buku yang ia pinjam ke pustaka dan semoga kau dan Haerin berhasil untuk penelitian kalian.

Haerin menatap Yeon Woo. Yeon Woo hanya terdiam, dia membeku pikirannya melayang menuju pertanyaan Haerin beberapa hari yang lalu.

‘Perkataan Haerin benar. Apakah aku sebodoh itu? Kenapa aku tidak bisa melihatnya dengan jelas?’, batin Yeon Woo.

Foto : Google

Senin, 26 Mei 2014

Empat Kata dari Chen


"Tanah mengeras setelah hujan"

(Kami menjadi kuat setelah melalui masalah ini)

Foto : Osen

Goodbye Summer ~


I remember when we were yelled at for talking in the halls

I don't know why it was so fun even when we were being punished

After that day (yeah yaeh) we always (yeah yaeh)

Stuck together like the Astro twins, you were me and I was you

*
*
*

The friend label is a label that I got to hate

The feeling I've hidden still remain as a painful secret memory

Video : Youtube

Minggu, 25 Mei 2014

Kebalikan >< Menyakitkan

Ehem. Sore ini kebosanan melanda, berhubung tugas menumpuk, deadline acara yang bikin mumet, jadwal kuliah tidak menentu, calon skripsi yang belum ketemu, sampai penantian penghabisan sisa-sisa hari kuliah menuju Final. Rasanya itu pengen banget ngegelembungin orang kayak Harry ngegelembungin Bibinya.

Well, bagi aku ini suatu kebosanan yang tingkat kesulitannya mendekati tesis *ngomong apa? skripsi aja belom* udah susah untuk menetralkannya, tidak ada lagi hari dimana bisa menikmati sore santai dengan sekedar melirik berita selebriti, nonton sinetron konyol di TV atau sekedar ngumpul sama teman-teman yang selalu mendengarkan curahan hati *apa ini*. Karena waktunya lebih banyak dihabiskan untuk bergalau ria, memikirkan tugas yang "bukan" dikerjakan tapi "hanya" dipikirkan. Lebih tepatnya tugas itu banyak, tapi ga tau mau kerjain apa, rasanya lagi ni ya, pengen muntah siput kayak orang habis kena kutukan berbalik.

Jadi, sore ini aku mencari kerjaan *padahal kerjaan udah banyak*, ngeliat-liat blog orang-orang yang ngebahas masalah golongan darah sendiri. Eh, akhirnya penasaran sama kriteria golongan darah sendiri. Ujung-ujungnya berusaha nyari-nyari, terus mencari sampai rasa penasaran nyampe ke ubun-ubun.

Oops, tiba-tiba sikomo lewat *read: Artikel darah O ditemukan*.

Baca perlahan.

Oke, ngangguk-ngangguk seolah-olah mengerti.

Sampai di paragraf pertama *whats? dari tadi nganggukin apa mi?*

Apa-apaan ini, ini bukan saya, teriak suara paling dalam dari hati yang pengen keluar karena kaget dengan isi artikel.


Gak takut dalam mengambil risiko? *buat sesuatu yang beda, terus dikomentari dikit aja, nyalinya langsung ciut, sedih, terus galau*

Percaya diri tingkat tinggi? *Well, waktu presentasi jantungnya joged-joged overdose terus tangan gemeteran sampe dingin. Itukah?*

Oke, untuk masalah berpakaian mungkin benar, aku ga pernah ragu untuk bilang it is not my style *kangen seseorang*, untuk sesuatu yang aku ga suka.

Untuk dua fakta yang kelihatannya bukan aku "banget" itu bikin sakit hati minta ampun. Rasanya kayak baru dipuji tapi kita tau itu bukan pujian, tapi sindiran bahwa sebenarnya diri kita itu adalah kebalikan dari pujian itu.*ya ampun, pengen ber-Apparate ke ruangannya Dumbledore, terus nyimpan ingatan ini dalam pensieve*

Kebalikan dari fakta itu menyakitkan. Itu artikelnya salah mungkin? Atau dokter yang ngecek golongan darah aku yang salah? -_- *well, let it go*

#keonaran telah dilaksanakan#

Gambar :
bloodbook.pmi.or.id


Jumat, 09 Mei 2014

Happy Birthday Urii Nam Gun ~

Saengil cukkae hamnida urii Taehyunee. 
The maknae of WINNER that has no aegyo, but your aegyo is always in the hyung's hearts ^^


Happy birthday our coolest maknae ever


Happy birthday our prossesor of the beautiful voice.
We wish you have the debut soon ~ 


Happy Birthday our evil and moody maknae, that make the hyungs "gregetan"


Happy birthday again to the person that others thought wasn't YG's style.


and...


Selamat ulang tahun Nam Taehyun ~


Foto :
- NII Korea Facebook
- WINNER Official Line


Jumat, 02 Mei 2014

FF : Her Husband, The Father and Him - CR [Oneshoot]


Tittle : Her Husband, The Father and Him
Genre : Drama
Lenght : Oneshoot
                                          
Little Notes :
Oneshoot pertama diblog ini *yehet*. Cerita ini author dedikasikan untuk seorang teman *kekeke*. Happy reading.

Main Cast :
-          Wuzun
-          Choi Ji In (OC)

Others :
-          Lee Hana (OC)
-          Nam Haerin (OC)

Korea selatan 21 februari 2011

>> Ji In PoV

Hari itu aku terbangun lebih telat dari hari-hari lainnya, hal ini membuatku harus terburu-buru mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.  Setelah siap untuk berangkat, aku langsung berpamitan dengan ibu untuk pergi ke sekolah.

Aku Choi Ji In, siswi kelas tiga Hyundai Chungun High School daerah Ulsan. Tahun ini adalah tahun terakhirku berada di sekolah ini, karena pada bulan april nanti aku akan mengikuti ujian akhir yang menentukan aku dapat melanjutkan sekolah ke universitas atau tidak. Aku dilahirkan dikeluarga sederhana, aku adalah anak keempat dari tujuh bersaudara.
Pagi ini aku terpaksa harus berjalan sendiri ke sekolah, karena dua sahabatku - Lee Hana dan Nam Haerin - yang biasanya akan pergi bersamaku, pasti sudah berangkat lebih awal, ya, hari ini senin, akan ada upacara dan aku terlambat. Cukup hebat Choi ji in.

>> Author PoV

Ji In hampir sampai di perempatan jalan menuju sekolah, sekarang ia berlari kecil, karena ia sangat yakin bahwa ia sudah sangat terlambat. Dari arah lain sebuah mobil melaju dengan kencang, pengemudi pasti sudah tidak dapat melihat bahwa di depan mobilnya ada seorang gadis yang sedang berlari sehingga ia tetap mengemudikan mobinya dengan kecepatan yang tidak normal.

BRUKK. Ji In terpental dari tempatnya berdiri. Pengemudi mobil itu segera keluar dari mobil untuk memastikan siapa yang telah ia tebrak. Ji In membuka matanya perlahan, ia melihat sosok tampan yang kemudian menjadi kabur. Ji In pingsan. Pengemudi itu segera membopong Ji In ke dalam mobilnya dan membawa Ji In ke rumah sakit.

Beberapa jam setelah kejadian, Ji In tersadar. Saat ia membuka matanya, ia melihat sosok tampan itu lagi. Ya Ampun. Dia belum mati, tadi itu bukan malaikat pencabut nyawa ternyata.

“Are you okay?”, tanya sosok tampan itu.

“I’m okay, you’re not a korean?”, tanya Ji In menanggapi pertanyaan sosok tampan yang hampir menjelma menjadi malaikat mautnya.

“Yeah, i’m a tourist from Taiwan”, jawab pria itu.

Ji In hanya tersenyum, ia memegang kepalanya karena seperti ada yang aneh, ya itu perban, kemudian ia melihat jam tangannya.

“Ya ampun, aku benar-benar sudah terlambat”, ujar Ji In sambil merapikan baju sekolahnya kemudian langsung turun dari tempat tidur pasien.

“Where are you going?”, tanya pria itu.

“I’m going to my school, I was late by one hour lesson”, jawab Ji In.

“Ah, I’m sorry, i’ll take take you to the school”, ujar pria itu.

Ji In mengangguk. Tidak ada alasan untuk menolak tawaran itu. Jin harus menerimanya kalau dia masih ingin mengikuti pelajaran lainnya.

Dalam perjalanan menuju sekolah, Ji In hanya membisu, karena kini ia benar-benar berpikir bahwa ia sedang dalam masalah besar. Tapi ia tidak bisa memungkiri bahwa ia juga senang bisa diantarkan oleh pria bersosok tampan ini.

“Hei, i’m forget to introduce myself. My name is Wu Zun, and you?”, ujar pria itu.

“oh ya, I’m Choi Ji In”, tanggap Ji In.

Ji In tersenyum kecil betapa senangnya ia sekarang.

Sampai di depan halaman sekolah. Ji In turun dari mobil Wu Zun.

“Thank you very much”, ujar Ji In sambil menundukkan kepalanya agar dapat melihat Wu Zun melalui jendela mobilnya.

Wu Zun tersenyum, “Nice to meet you Ji In”. Mobil Wu Zun melaju meninggalkan sekolah.

Kini Ji In tersenyum begitu lebar, ia melapor ke keamanan sekolah bahwa ia baru saja mengalami kecelakaan sehingga terlambat masuk ke sekolah. kepala keamanan sekolah mengizin Ji In untuk masuk setelah melihat perban di kepala Ji In.

Saat sampai di ruangan kelas Ji In tidak berhenti tersenyum lebar. Dia senang bukan main akan apa yang terjadi padanya sebelumnya. Mengalami kecelakaan, kemudian ditolong seorang pangeran tampan. Wu Zun, ya itu namanya, Ji In mengingat nama itu terus menerus.

“Ya !! Choi Ji In, kenapa kau baru datang sekarang? Kau tidak tau kami sudah mempersiapkan kejutan untuk hari ulang tahun mu?”, teriak seorang anak perempuan yang tampak benar-benar kesal.

“Ji In ah, neo gwenchana? Kenapa kapala mu diperban?”, tanya anak perempuan berkacamata.

Ji In masi terdiam, dia masih dengan senyumnya, masih dengan khayalannya tentang Wu Zun.

“Ya Choi Ji In !!”, teriak anak perempuan yang berwajah kesal itu.

“Sudahlah Haerin sepertinya otak Ji In dalam keadaan yang tidak sehat sekarang”, ujar anak perempuan berkacamata.

“Hana ya, sepertinya kita harus membawanya ke UKS sekarang juga, aku mengkhawatirkannya sekarang”, tanggap anak perempuan bernama Haerin kepada anak perempuan berkacamata bernama Hana itu.

“Aku baik-baik saja, aku juga sudah diobati oleh seorang pria paling tampan yang pernah aku lihat di dunia. Kalian tidak perlu khawatir”, jawab Ji In yang lebih tampak seperti ‘melantur’.

“Apa?”, ujar kedua sahabat Ji In itu.

“Em, aku baru saja bertemu dengan seorang pria yang benar-benar tampan. Hana, Haerin aku rasa aku akan ikut beasiswa ke Taiwan itu”, ujar Ji In yang membuat kedua sahabatnya membulatkan matanya.

“Ji In terserang namja addicted lagi. Waktu kau suka Donghae oppa, kau berjanji akan ikut audisi SM agar bisa bertemu dengannya. Sekarang kau ingin ke Taiwan, itu pasti karena pria itu berasal dari Taiwan. Ya ampun Ji In”, ujar Hana sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“Dari pada kita sibuk dengan penyakitnya Ji In itu, lebih baik kita makan saja kue yang tadi gagal kita berikan untuk Ji In”, ujar Haerin membuka sebuah kotak kue besar yang kini mengalihkan perhatian Ji In.

“Aaaaa kue ulang tahun”, teriak Ji In.

“Andwe andwe, kau terus lah berkhayal tentang namja tampan itu”, ujar Haerin.

Hana tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya itu. Tapi Haerin benar Ji In memang masih memikirkan namjatampan itu dan ia benar-benar bertekad akan ikut beasiswa ke Taiwan. Siapa yang tahu, di hari Ulang Tahunnya ia bertemu dengan pangeran tampan yang bahkan dapat membuatnya mengalihkan pandangannya dari Lee Donghae.

~ 3 tahun kemudian.

Taiwan 19 Febuari 2014

“Ji In ah, kau tau? Ada tetangga baru disebelah rumah kita”, ujar Haerin yang tampak antusias.

“Oh ya?”, ujar Ji In datar menanggapi temannya yang agak suka melebihkan sesuatu hal.

“Mereka keluarga muda yang benar-benar imut, wah senang sekali melihatnya. Pasangan suami istri itu benar-benar sempurna, suaminya tampan, istrinya cantik dan anak mereka benar-benar imut”, tambah Haerin lebih antusias lagi.

“Kau ingin punya keluarga seperti itu?”, tanya Hana yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
Haerin mengangguk.

“Tinggalkan lah kebiasaanmu menonton reality show dan berhentilah menyukai Do Kyungsoo, sehingga kau bisa dengan cepat menyelesaikan skripsimu”, jawab Hana dengan muka yang dibuat-buat serius.

Haerin hanya mengerucutkan bibirnya dan meninggalkan kedua sahabatnya dengan kesal. Ji In tersenyum melihat kedua sahabatnya itu, itulah kami selalu begitu menyela satu sama lain, tapi sebenarnya saling menyayangi *ya ampun*. Ji In berjalan menuju pintu keluar rumahnya.

“Kau mau kemana?”, tanya Hana sambil membetul letak kacamatanya.

“Aku akan membuang tumpukan sampah ini, kita tidak bisa berharap Haerin akan melakukannya”, ujar Ji In yang membuat Hana tersenyum.

Ji In keluar rumah, ia menenteng tempat sampah yang penuh. Kemudian seseorang menyapanya dengan bahasa Taiwan. Hal itu sudah bukan hal yang menakutkan bagi Ji In, karena setelah bersekolah di Taiwan tiga tahu jelas saja kemampuannya berbahasa Taiwan sudah lebih baik.

“Nihao”, sapa seorang wanita cantik dari sebelah rumah Ji In.

“Ah, Nihao. Anda tetangga baru kami ternyata. Selamat datang di lingkungan ini”, ujar Ji In menyapa wanita itu kembali.

Wanita itu benar-benar cantik dan tampak sangat ramah. Ia tampak sedang menggendong seorang anak laki berumur sekitar satu tahun. Aku melambaikan tanganku pada bocah laki-laki kecil yang tampan itu.

“Mari saling bertetangga dengan baik dan mohon bantuannya selama kami tinggal disini”, ujar wanita cantik itu.

 Aku tersenyum pada wanita itu kemudian kembali ke dalam rumah.

Taiwan 20 Februari 2014

Siang itu Ji In, Haerin dan Hana masih di sekolah menunggu semua murid TK mereka dijemput. Mereka bertiga mengisi waktu kosong dari kuliah mereka dengan mengajar di sebuah playgroup yang berada tidak jauh dari rumah mereka. Haerin terpaku melihat seorang anak yang duduk sendirian di dekat pagar, ia merasa mengenal anak itu, kemudian menghampirinya. Haerin menuntun anak itu menuju ke dalam ruangan, karena ia takut jika anak itu menyebrang sembarangan.

“Halo ibu guru Ji In dan Hana, ini Nei Nei, murid baru kita. Dia juga tetangga baru kita”,ujar Haerin pada temannya.

“Halo Nei-Nei”, sapa Hana.

“Wah kamu cantik sekali, mirip seperti ibumu ya”, tambah Ji In yang tampak jatuh cinta dengan Nei Nei kecil.

“Nei Nei, siapa yang akan menjemput Nei Nei?”, tanya Haerin

“Papa”, jawab Nei Nei.

Nei Nei tampak kehausan karena dari tadi ia menjilat bibirnya.

“Ibu guru akan mengambilkan Nei Nei air, sebentar ya”, ujar Ji In.

Saat Ji In berjalan menuju dalam sekolah, seorang pria tampan turun dari mobilnya, kemudian melambaikan tangannya pada Nei Nei. Pria itu berjalan menuju Nei Nei dan kedua gurunya. Mata Haerin tidak berkedip, itu membuat Hana mencubit tangan Haerin.

“Wah Nei Nei sedang bermain dengan ibu guru ya?”, tanya pria itu pada anaknya.
Haerin dan Hana hanya tersenyum.

“Besok akan ada pagelaran seni untuk anak-anak yang akan lulus, mungkin Nei Nei bisa datang dengan keluarganya, untuk menonton”, ujar Hana yang hampir saja lupa memberi tahukan hal ini pada orang tua murid baru.

“oh ya? Pasti menyenangkan, kami tentu akan datang”, tanggap pria itu.
Beberapa menit setelah Nei Nei dan ayahnya pulang, Ji In kembali dengan segelas air.

“Kau telat sekali Ji In, baru saja kami melihat ayah tampannya Nei Nei”, ujar Hana.
Ji In hanya mengedikkan bahunya, tidak berantusias.

Taiwan 21 Februari 2014 – Pagelaran Seni TK

Ji In sibuk merapikan baju murid-muridnya yang akan tampil. Haerin sibuk mempersiapkan settingan panggung untuk penampilan drama murud-muridnya. Sedangkan Hana terus mengajari ekspresi yang baik pada beberapa murid yang tampak gugup.

Ji In selesai dengan pekerjaannya, ia segera keluar gedung untuk menyambut tamu-tamu yang merupakan orang tua murid yang akan lulus dan yang baru saja bergabung dengan TK itu. Ji In melihat wanita muda tetangganya turun dari mobil, ia menggendong bocah laki-laki yang beberapa hari yang lalu Ji In sapa. Kemudian Nei Nei keluar dari pintu belakang mobil, menunggu orang lain dalam mobil keluar. Seorang pria keluar dari pintu kemudi, pria itu, Wu Zun, pangeran tampan yang membuatku berada di aiwan sekarang. Dia ?

DEG. Hati Ji In tiba-tiba saja terasa sakit. Dunia seakan berhenti berputar. Pria yang iya kagumi itu, pria yang menolongnya itu, sudah berkeluarga ?
Ji In segera berlari kedalam gedung, ia tidak menangis ia hanya tidak mampu berdiri dengan kakinya sendiri saat ini.

“Ji In ah, ayo kita keluar, siapa tau kau bisa melihat namja impianmu itu disini. Dan ini hari ulang tahunmu, mungkin saja hal itu terjadi lagi, kau bertemu dengannya”, ujar Haerin bercanda.

DEG. Haerin benar namja itu ada disini. Dia bersama keluarganya. Dia seorang suami. Dia seorang ayah. Dia. Tidak akan bisa aku miliki. Sebulir cairan hangat mengalir di sudut mata Ji In. 

Hana curiga dengan kelakuan Ji In yang tampak tidak biasa, ia tidak bersemangat.

“Ji In ah, gwenchana?”, tanya Hana.

“Hana ah, itu dia, dia suami tetangga baru kita, dia ayah Nei Nei”, isak Ji In menghamburkan pelukannya ke Hana.

Haerin melihat hal itu, memberi isyarat bertanya pada Hana, Hana hanya mengacungkan jarinya kemulut, agar Haerin tidak ribut.
(END)


Foto : Google